Qatadahberkata, “kami lalu bertanya, “Lantas bagaimana halnya dengan makan sambil berdiri?” Beliau menjawab, “Tentu itu lebih buruk dan lebih keji lagi.” (HR. Muslim dan Tirmidzi). Dalam ilmu kesehatan, makan dan minum sambil berdiri juga memiliki dampak buruk. Di dalam Al Qur’an terdapat beberapa ayat yang menganjurkan mengucapkan salam, baik saat memasuki rumah orang lain mau pun bertemu sahabat di jalan. Bahkan Allah SWT melarang umat Islam masuk ke rumah orang lain sebelum mengucapkan hadits dibawah yang menjelaskan tentangفَإِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوتًا فَسَلِّمُوا عَلَىٰ أَنْفُسِكُمْArtinya“…Maka apabila kamu memasuki suatu rumah hendaklah kamu memberi salam kepada penghuninya, yang artinya juga memberi salam kepada dirimu sendiri…” QS an-Nur [24] 61.Allah SWT berfirman di dalam Surat An-Nur ayat 27 yang artinya“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian memasuki rumah yang bukan rumah kalian sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Keutamaan mengucap salam juga diriwayatkan dalam sebuah hadits dengan derajat Muttafaq alaih dari Abdullah bin Amr bin al-Ash,” Bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW, Islam apakah yang paling baik?’ Beliau Rasulullah SAW menjawab, Engkau memberi makan, dan mengucap salam kepada orang yang kamu kenal maupun orang yang tidak kamu kenal.”Betapa pentingnya meminta izin sebelum memasuki sebuah rumah yang bukan milik sendiri. Cara ini merupakan salah satu kaidah dalam begitu indah akhlak seseorang yang selalu mengawali ucapan salam kepada siapa pun yang ditemuinya. Sabda rasullullahوعن أَبي أُمامة صُدَيِّ بن عجلان الباهِلِي قال قال رسولُ الله إنَّ أَوْلَى النَّاس باللهِ مَنْ بَدَأهم بالسَّلام“Sesungguhnya orang yang paling utama di sisi Allah adalah mereka yang memulai salam.” HR Abu Dawud dan Tirmidzi.Kaidah salam yang lain juga mengatur rendah dan tingginya suara saat mengucapkan salam. rutama ketika malam salam harus dengan suara rendah dan lembut selama dapat didengar oleh orang yang masih terjaga. Dengan kata lain, apabila mengucapkan salam pada malam hari selama bukan urusan yang amat penting dan mendesak, tidak boleh mengganggu orang yang sedang tidur apalagi Mengucapkan SalamDiriwayatkan dari Abu Hurairah dalam sebuah hadits dengan derajat Muttafaq alaih, Rasulullah SAW bersabda“Yang muda memberi salam kepada yang tua. Yang berjalan kepada yang duduk, yang sedikit kepada yang lebih banyak.”Di dalam hadits riwayat Al-Bukhari, Rasulullah SAW bersabda “Dan anak kecil mengucapkan salam kepada yang lebih besar.”Adapun hadits dari Nabi SAW yang berbunyiوَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ {مَنْ بَدَأَ بِالسَّلَامِ فَهُوَ أَوْلَى بِاللهِ وَرَسُوْلِهِNabi SAW bersabda, “Siapa yang memulai salam ketika bertemu dengan orang, maka ia lebih utama menurut Allah dan Rasul-Nya.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Ahmad dari sahabat Abu Umamah Keempatوَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ {السَّلَامُ مِنْ أسْمَاءِ اللهِ تَعَالَى وَضَعَهُ اللهُ فِى الْأَرْضِ فَأَفْشُوْهُ، فَإِنَّ الرَّجُلَ الْمُسْلِمَ إِذَا مَرَّ بِقَوْمٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ فَرَدُّوْا عَلَيْهِ كَانَ لَهُ عَلَيْهِمْ فَضْلُ دَرَجَةٍ بِتَذْكِيْرِهِ إيَّاهُم السَّلَام، فَإِنْ لَمْ يَرُدُّوْا عَلَيْهِ رَدَّ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنْهُمْ وَأَطْيَبُNabi SAW bersabda, “Salam itu termasuk salah satu dari nama-nama Allah ta’ala yang Allah letakkan di bumi, maka sebarkanlah salam. Sungguh seorang laki-laki muslim jika melewati suatu kaum lalu ia mengucapkan salam kepada mereka, kemudian mereka menjawab salamnya, maka baginya atas mereka keutamaan derajat sebab mengingatkannya kepada mereka dengan salam. jika mereka tidak menjawab salamnya, maka orang yang lebih baik dari pada mereka dan lebih bagus telah menjawab salamnya.”Memberikan salam kepada saudara muslim sangat dianjurkan, lalu bagaimanakah hukum menjawab salam dari seorang muslim?Adapun hukum menjawab salam adalah wajib. Hal ini dipertegas dalam surat An-Nisa ayat 86, dimana Allah SWT berfirmanوَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًاArtinya “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu”.Selain itu menjawab salam kepada sesama muslim adalah hal baik bagi orang yang mengucapkan salam tersebut untuk dijawab atau Hurairah berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabdaحقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ خَمْسٌ رَدُّ السَّلَامِ وَعِيَادَةُ الْمَرِيضِ وَاتِّبَاعُ الْجَنَائِزِ وَإِجَابَةُ الدَّعْوَةِ وَتَشْمِيتُ الْعَاطِسِ“Hak sesama Muslim ada lima membalas salamnya, menjenguknya ketika ia sakit, mengikuti jenazahnya yang dibawa ke kuburan, memenuhi undangannya dan ber-tasymit ketika ia bersin” HR. Bukhari Muslim salam disebut juga tahiyyatul islam dan sesungguhnya ucapan salam ini jauh lebih baik dari pada sebuah sapaan gaul. Seperti yang saat ini umum digunakan oleh generasi muda yang telah dirasuki oleh tradisi budaya barat. Jika Salam yang Tidak Dijawab?Apabila kita mengucapkan salam berarti kita sedang mendoakan keselamatan kepada orang yang kita berikan salam. Adapun doa ini akan dibalas oleh doa malaikat untuk orang yang mengucapkan orang yang kita berikan salam tidak menjawab salam kita. Sebagaimana dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, beliau bersabda“Ucapan salammu kepada orang-orang jika bertemu mereka, jika mereka membalasnya, maka Malaikat pun membalas salam untukmu dan untuk mereka, namun jika mereka tidak membalasnya, maka Malaikat akan membalas salam untukmu, lalu malah melaknat mereka atau mendiamkan mereka”.Macam-macam Adab SalamMengucapkan bertemu dan hendaknya didengar pihak yg diberi secara lengkap lebih bersalam sebelum didahului yg lain yang muda bersalam kepada yg salam kepada mereka yg membuang bersalam kepada orang kafir. Ada hukum bersalaman dengan non muslim yang patut kamu adab-adab yang bisa kita perhatikan dalam mengucapkan dan menjawab salam. Semoga menambah wawasan kita bersama.
Ataubertanya, “ustadz, video ini benar tidak ya?”. Jebret sang ustadz diberi link video berdurasi 1 jam lebih. Ini sikap yang kurang tepat, karena: Pertama, Kurang Menghargai Waktu Ahli Ilmu. Hal ini kurang menghargai waktu ahli ilmu. Untuk menghukumi tulisan yang panjang-panjang atau makalah maka seorang ahli ilmu: Butuh membaca dulu,
Apakah adab-adab bertanya yang perlu kita ketahui dan amalkan? Artikel ini akan membahaskan 10 adab bertanya yang perlu dipelajari oleh kita. Pengenalan Bertanya merupakan satu perkara yang penting untuk akses kepada pengetahuan. Tanpa bertanya, kitatidak akan mendapat apa-apa jawapan. Seperti pepatah orang Melayu, “Malu bertanya, sesat jalan.” Setiap manusia mempunyai rasa ingin tahu. Ingin tahu tentang sesuatu. Jadi, macam mana hendak menjadi tahu? Jawabnya, haruslah bertanya. Namun, ada orang pernah berkata, banyak bertanya itu boleh membawa kepada kesesatan. Betulkah? Dalam Surah an-Nahl ayat 43, Allah berfirman Oleh itu bertanyalah kamu wahai golongan musyrik kepada orang-orang yang berpengetahuan agama jika kamu tidak mengetahui. Ayat ini jelas memberitahu kita untuk bertanya kepada pakar atau orang yang tahu sekiranya kita tidak tahu. Jadi, ia merupakan galakkan untuk bertanya supaya kita dapat akses kepada ilmu. Kisah Tauladan Tentang Adab Bertanya Terdapat satu kisah, seorang sahabat keluar bermusafir lalu luka. Selepas luka itu pula, dia mimpi malam lalu keluar air mani. Disebabkan itu, dia hendak bertayamum kerana kalau kena air, ia akan membahayakan luka itu tadi. Sahabat seorang lagi tidak benarkan. Sampailah, dia tetap menggunakan air seperti biasa dan akhirnya meninggal dunia. Cerita ini sampai kepada Rasulullah. Jawab Rasulullah Mereka telah membunuhnya dan Allah akan membunuh mereka. Kenapakah mereka tidak bertanya sekiranya tidak tahu? Hanya dengan bertanya boleh menghilangkan keraguan. Sebenarnya memadai dia bertayamum dan membalut lukanya dengan kain perca, seterusnya menyapu air di atas balutan dan mandi ke seluruh badannya. Riwayat Abu Daud Kalau tidak tahu, kena tanya dahulu. Bukannya memandai-mandai. Menjaga Adab Bertanya Jadi, bilamana yang tidak boleh bertanya? Mudahnya, bilamana ia tidak akan membawa manfaat. Allah berfirman dalam Surah al-Maidah ayat 101 Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu bertanyakan kepada Nabi perkara-perkara yang jika diterangkan kepada kamu akan menyusahkan kamu, dan jika kamu bertanya mengenainya ketika diturunkan Al-Quran, tentulah akan diterangkan kepada kamu. Allah maafkan kamu dari kesalahan bertanyakan perkara-perkara itu yang tidak dinyatakan di dalam Al-Quran; kerana Allah Maha pengampun, lagi Maha penyabar. Kadang-kadang, terdapat orang yang ingin menunjukkan “pengetahuannya” lalu bertanya soalan yang bukan-bukan dan tidak berfaedah. Ini merupakan 10 adab bertanya 1-Ucapkan Salam Pembuka komunikasi merupakan satu entiti yang penting. Ia penting untuk membina hubungan yang harmoni sebelum perbualan pergi lebih jauh. Allah berfirman dalam Surah Yunus ayat 10 Dan ucapan penghormatan mereka padanya ialah Selamat sejahtera. Menurut pakar bahasa Melayu, Prof. Asmah Haji Omar memanggil ini sebagai pembuka komunikasi. Ia amat penting untuk menjamin kelangsungan suatu peristiwa komunikasi. 2- Gunakan Pertuturan Yang Santun Allah berfirman dalam Surah Taha ayat 44 Maka hendaklah kamu berdua berkata kepadanya dengan ucapan yang lemah lembut, mudah-mudahan dia mengambil peringatan atau berasa takut. Sebelum bertanya, hendaklah kita pastikan nada suara dan gaya pertuturan kita itu santun. Pertuturan yang biadab akan menghadirkan rasa tidak senang kepada teman bicara. 3- Minta Izin Mintalah izin sebelum bertanya, mungkin pertanyaan itu boleh mengganggu teman bicara dan sebagainya. Meminta izin menunjukkan ketinggian budi kita sebagai manusia biasa. 4- Lihat Keadaan Pastikan keadaannya sesuai untuk bertanya soalan tersebut. Janganlah bertanya dalam situasi-situasi yang sensitif sebagai contoh. Misalnya, apabila terdapat kematian, janganlah kita bertanya macam-macam kepada keluarga si mati seperti kita tidak empati dengan keadaan mereka yang sedang bersedih. 5- Jaga Sensitiviti Sensitiviti perlu dijaga. Contohnya, isu perkauman, politik, agama dan sebagainya. Tanyalah dalam situasi yang tepat. Contoh situasi, dalam kuliah perbandingan agama. Bolehlah kita bertanya tentang agama orang lain dan sebagainya. Janganlah kita tanya soalan berkenaan di kenduri kahwin pula. Ia tidak sesuai. 6- Tanyalah Soalan Yang Munasabah Munasabah di sini ialah soalan tersebut betul-betul berkaitan. Bukannya untuk mengorek rahsia, peribadi dan aib seseorang, memperolok-olokkan dan lain-lain. Lihat Surah al-Isra’ ayat 85 Dan mereka bertanya kepadamu Muhammad tentang roh. Katakanlah, “Roh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.” Ayat ini menunjukkan soalan yang tidak munasabah. Kalau kita tahu tentang keadaan roh itu pun, apa yang akan terjadi? Apakah iman kita akan bertambah kuat? Adakah kita akan lebih beragama dan sebagainya? Ayat ini menceritakan sekumpulan orang Yahudi yang bertanya kepada Rasulullah. Namun, pertanyaan itu tidak munasabah dan tidak boleh menghasilkan apa- apa ilmu. Apatah lagi ia berkait tentang alam ghaib. 7- Jangan Melakukan Provokasi Kadang-kadang, ada juga orang yang bertanya sengaja buat provokasi kepada seseorang. Ini tidak elok. Bertanyalah dengan tujuan yang murni. Untuk mendapatkan jawapan supaya puas hati dan sebagainya. Bukannya untuk menjatuhkan seseorang, membuat seseorang berasa terancam dan sebagainya. 8- Pilihlah Perkataan Yang Betul Untuk bertanya pun, mesti menggunakan perkataan yang betul. Tidak boleh kita secara semberono bertanya. Mungkin perkataan yang kita tidak sedar kita gunakan itu boleh menyinggung perasaan orang lain. 9- Jangan Menyampuk Apabila kita bertanya, kita perlu berikan giliran bercakap kepada orang yang menjawab. Janganlah kita memotong ketika dia sedang bercakap. Berikan dia masa untuk habis menjawab. 10- Ucapkan Terima Kasih Rasulullah bersabda Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi sesiapa yang tidak tahu berterima kasih pada manusia. Riwayat Abu Daud dan Tirmidzi Sebagai penutup, kita hendaklah berterima kasih kepada jawapan-jawapan yang diberikan kepada orang yang menjawab. Adab-Adab Lain Yang Perlu Diketahui Rujukan 5 adab ketika bertanya -getaran. myUcapan Salam myBanyak bertanya dalam konteks seorang pelajar -irsyad fatwa my
RasulullahShallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Janganlah salah seorang dari kalian mengambil barang milik saudaranya, baik bercanda maupun bersungguh-sungguh." 6. Isi canda bukan dusta. Sabda Nabi SAW, "Celakalah orang yang berbicara lalu mengarang cerita dusta agar orang lain tertawa, celakalah!” (HR Abu Dawud).
Adab para Kiai dalam menjawab itu diantaranya, pertama para kiai akan mengaku tidak tahu kalau tidak mengetahui jawabannya. Kedua, kalaupun mereka tahu, mereka akan menunggu orang lain untuk terlebih dahulu menjawab atau meminta kepada penanya untuk bertanya kepada orang lain yang lebih mengetahui jawabannya. Terakhir, baru mereka akan menjawab. Saya lama antri di rumah KH Abdurrahman Wahid Gus Dur sekitar tahun 1998. Sewaktu dapat giliran bertanya, saya tanyakan kepada Gus Dur mengenai sejumlah fatwa NU. Beliau menjawab singkat “Tanyakan saja hal tersebut kepada Said Aqil Siradj.” Sebagai santri, saya paham dan kemudian mundur ke belakang. Lantas datang Nusron Wahid yang bertanya kepada Gus Dur tentang suatu peristiwa di tanah air, Gus Dur menjawab “Saya gak tahu. Jangan tanya saya soal itu.” Luar biasa, bukan? Masih pada tahun yang sama, saya kemudian menuju Rembang dan sowan kepada KH A Mustofa Bisri Gus Mus dan menanyakan soal keputusan Munas Lampung mengenai manhaj NU dalam berfatwa. Sebelum menjawab, Gus Mus bertanya kepada saya “Sudah ke rumahnya Kiai Cholil Bisri? Itu rumahnya di depan, nanti tanya juga kepada beliau”. Indah, bukan? Begitulah adab para Kiai dalam memberi jawaban. Tidak merasa paling tahu, apalagi merasa jawaban yang diberikan adalah satu-satunya kebenaran. Bagaimana dengan adab kita selaku penanya? Pertama, kita pahami dulu bahwa kita mengajukan pertanyaan baik tatap muka langsung atau lewat media sosial itu sudah mengambil waktu mereka. Beruntunglah kalau mereka mau menjawab. Kalau karena satu dan lain hal mereka tidak berkenan menjawab, masak kita mau memaksa? Tetap jaga akhlak kita. Kedua, kita bertanya kepada mereka itu karena kita percaya dengan otoritas mereka. Jadi, jangan kemudian bersikap kita lebih tahu atau mau mengajak berdebat dengan tanya dalil macam-macam. Kalau memang tidak percaya dengan otoritas keilmuan mereka, ya kenapa bertanya kepada mereka? Tanya orang lain saja. Meminta jawaban lengkap dan panjang lebar itu artinya semakin menyita waktu mereka. Padahal ini gratis. Gratis saja kok memaksa minta jawaban lengkap dengan rujukan macem-macem. Memangnya buat makalah untuk seminar? smile emoticon Jadi, kalau diberi jawaban ya syukuri saja. Meski jawabannya pendek. Kalau tidak dijawab, ya tetap jaga akhlak kita, jangan malah ngomel-ngomel dengan menuduh mereka menyembunyikan ilmu. Kalau gak cocok dengan jawabannya, ya silahkan cari second opinion. Ingat, mereka yang kita tanya itu tidak punya kewajiban menjawab pertanyaan kita. Jawaban mereka itu seperti sodaqah dari mereka untuk kita. Kita faqir, mereka alim. Kita tidak tahu, mereka lebih tahu. Kalau mereka mau men-sodaqahkan apa yang mereka tahu, itu pahala buat mereka. Tapi mereka tidak wajib ber-sodaqoh ilmu mereka kepada kita. Saya melihat di media sosial saat ini adab bertanya dan adab menjawab sudah mulai ditinggalkan. Yang menjawab tidak lagi dengan ilmu, dan yang bertanya tidak lagi bertanya dengan akhlak. Yang menjawab merasa jawabannya paling benar, dan yang bertanya tidak percaya dengan otoritas keilmuan yang menjawab, malah ngeyel atau melecehkan jawaban yang diberikan. Yang menjawab, selalu merasa paham semua persoalan sehingga dijawab sendiri semua pertanyaan, dan yang bertanya terus memaksa seakan-akan pertanyaannya harus dijawab. Yang menjawab sering menganggap yang bertanya itu bodoh, dan yang bertanya sering bermaksud menguji sampai dimana pertanyaannya bisa dijawab. Mari kita belajar kembali adab dalam melakukan tanya-jawab. Media sosial ini cuma alat, tool atau cara kita berkomunikasi. Dari semula face-to-face, sekarang hanya screen-to-screen. Jadi, alat komunikasinya saja yang berubah, namun akhlak harus tetap kita jaga. HP boleh semakin “modern”, tapi tata krama kita tetap harus “tradisional”. Jangan sampai alat komunikasi yang kita pakai semakin canggih, namun sikap dan perilaku kita malah semakin gak karuan. Mari yuk…sama-sama kita belajar terus untuk berkomunikasi yang baik di media sosial. Semoga Allah merahmati mereka yang bertanya dan mereka yang menjawab, dengan niat untuk sama-sama mencari keridhaan Allah. Amin Ya Allah Tabik, Nadirsyah Hosen Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School. Juga sebagai Wakil Ketua Dewan Pengasuh Pesantren Takhasus IIQ Jakarta. Beliaumenjawab, “Jika satu perkara diberikan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah hari kiamat”. (Riwayat Bukhari) 9. Berani bertanya. Sering kali dalam sebuah majelis diberikan sesi pertanyaan, namun justru banyak yang malu untuk bertanya. Padahal dengan bertanya justru akan membuka wawasan lebih luas. Rasul bersabda; ◾ 12 Adab Bertanya Di Sosial Media ◾ Ikhlaskanlah diri karena Allah dalam bertanya, dan niatkan itu sebagai ibadah. Tidak bertanya kecuali kepada orang yang berilmu, atau menurut dugaannya yang kuat ia mampu untuk menjawab pertanyaan. Memulai pertanyaan dengan salam. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Ucapkan salam sebelum bertanya. Siapa yang bertanya kepada kalian sebelum ia mengucapkan salam, maka janganlah kalian menjawabnya” HR. Ibnu an-Najar, hadits dari Jabir, lihat Shahiihul Jaami’ no. 3699 dan HR. Ibnu Adi dalam al-Kaamil II/303, hadits dari Ibnu Umar, lihat ash-Shahiihah no. 816 Para sahabat pernah bertanya tanpa ucapan salam, tapi tetap dijawab oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Maka dipahami bahwa mengucapkan salam sebelum bertanya bukanlah sesuatu yang wajib, tetapi sangat dianjurkan dan telah menghidupkan sunnah. Hendaknya memperbagus pertanyaan tentang ilmu yang bermanfaat, yang akan menunjukkan kepada berbagai kebaikan dan mengingatkan dari segala kejelekan. Gunakanlah bahasa yang penuh sopan santun, lemah lembut dan tidak mengandung penghinaan serta kemarahan. Ketika telah selesai menulis pertanyaan maka sampaikan perkataan terima kasih, dan mendoakan ustadz yang akan menjawabnya. Janganlah mengadu domba diantara ahli ilmu. Seperti berkata “Tapi ustadz fulan telah berkata begini dan begitu”, dan cara seperti ini termasuk kurang beradab dan sangat tidak sopan. Hati-hatilah terhadap hal seperti ini. Tetapi jika memang harus melakukannya maka hendaknya berkata “Bagaimana pendapatmu tentang ucapan yang telah mengatakan begini dan begitu ?” Tanpa menyebut nama orang yang mengucapkan Hendaknya bersabar dalam menunggu jawaban yang telah diajukan. Karena bisa jadi ustadz tersebut sedang sibuk dengan berbagai aktivitasnya atau sedang beristirahat, sakit, melayani tamu, safar dll. Janganlah menceritakan aib atau dosa yang pernah dilakukan sendiri, keluarga atau orang lain sehingga diketahui oleh semua anggota group di sosial media. Jika masalah itu harus juga disampaikan karena ingin untuk mendapatkan solusi dan pencerahan, maka hendaknya disampaikan secara pribadi saja kepada ustadz tertentu yang dianggap bisa memberikan solusi dan menyimpan rahasia. Hendaknya penanya tidak marah atau tersinggung ketika diluruskan pemahamannya atau cara bertanyanya yang salah dll. Ibnu Qudamah rahimahullah berkata وقد كان السلف يحبون من ينبههم على عيوبهم ونحن الآن في الغالب أبغض الناس إلينا من يعرفنا عيوبنا ! Janganlah bertanya hanya sekedar untuk menambah wawasan tanpa mau mengamalkan, atau sekedar mencari-cari keringanan hukum. Misalnya, penanya bertanya kepada seorang ustadz, karena jawabannya tidak berkenan dalam hatinya, lalu ia pun bertanya lagi ke ustadz lainnya, dan jika jawabannya sesuai dengan hawa nafsunya maka ia pun menerimanya. Ini merupakan bukti bahwa penanya tidak menghendaki syariat kecuali yang sesuai dengan hawa nafsunya. “Dahulu kaum salaf sangat senang ada orang yang mengingatkan kekurangan mereka, akan tetapi kita sekarang pada umumnya sangat benci kepada orang yang mengingatkan kekurangan kita” Minhajul Qashidin hal 196. Jangan merendahkan dan melecehkan ustadz jika ia tidak bisa menjawab pertanyaan. Yaqut al-Hamawi rahimahullah berkata “Orang alim ustadz pasti ada saja yang tidak diketahuinya. Bisa saja dia tidak mengetahui jawaban terhadap masalah yang ditanyakan kepadanya, mungkin karena masalah tersebut belum pernah didengar sebelumnya atau karena dia lupa” Irsyaad al-Ariif 1/24. Contoh cara bertanya yang terbaik السلام عليكم و رحمة الله و بركاته Afwan ustadz, saya mau bertanya mengapa diri ini selalu cenderung kepada dosa dan maksiat serta sulit diajak untuk mentaati Allah dan Rasul-Nya, padahal saya sudah berusaha untuk senantiasa menghadiri majelis ilmu dan berdoa kepada Allah agar dikuatkan iman ? Semoga ustadz beserta keluarga selalu dirahmati dan diberkahi Allah Ta’ala. شكرا و جزاك الله خيرا ✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
Bagaimanadengan perempuan yang sedang haid datang bulan. Bolehkah perempuan haid ke kuburan, apa saja yang dibolehkan dan dilarang, berikut adab wanita ziarah kubur. Menjawab hal ini Peneliti El Bukharie Instute, Moh Juriyanto menyampaikan ulasannya dikutip dari bincangsyariah.
Sebagai manusia,kita pasti punya banyak pertanyaan yang akan diajukan kepada orang lain. Setidaknya, pertanyaan itu kita ajukan kepada orang yang kita anggap lebih daripada kita sendiri, baik dari segi pengalaman maupun dari segi pengetahuan. Tetapi bisa jadi kita bertanya kepada orang yang baru dikenal, yang sama sekali kita tidak tahu apakah dia bisa menjawab pertanyaan ini atau tidak. Nah, kadang-kadang ini yang menjadi masalah. Oleh karena itu, diperlukan adab dalam bertanya kepada orang lain. Baik yang telah diatur secara adat dan budaya, maupun yang diatur oleh agama. Berikut adalah Adab Orang Bertanya berdasarkan catatan dan pengalaman pribadi 1. Pastinya kita sudah tahu apa yang akan kita tanyakan kepada orang lain. Jangan sampai kita menyusahkan orang lain, karena kita tidak tahu apa yang akan kita tanyakan kepada orang lain. 2. Berilah kata salam atau sedikit basa-basi seperti “maaf, saya ingin bertanya” atau “Assalamualaikum, saya punya pertanyaan”. Walaupun cuma satu atau dua kata, tetapi penting untuk membuka pertanyaan yang lebih sopan. 3. Bertanyalah dengan nada dan intonasi suara yang seolah merendah. Walaupun pertanyaan kita bersifat menguji orang lain, kita harus seolah-olah tidak tahu suatu hal sehingga memungkinkan kita bertanya kepada orang itu. Jangan bertanya dengan nada keras dan memaksa, karena hal tersebut akan memicu perdebatan dan pertengkaran lebih lanjut diantara penanya dan penjawab. 4. Bertanyalah secukupnya, jangan berikan pertanyaan secara bertubi-tubi. Hal tersebut dapat menghilangkan konsentrasi si penjawab, sehingga hal yang ingin kita tanyakan sebenarnya bisa terlewatkan oleh penjawab. Bertanya secara bertubi-tubi juga menyebabkan orang lain jengkel dan tidak suka kepada kita. 5. Dalam forum resmi tertentu, bertanyalah saat diberi waktu untuk bertanya. Jika kita takut lupa atas pertanyaan yang ingin kita ajukan, catatlah pertanyaan itu dan kemukakan pertanyaan itu saat waktu bertanya. Bertanya saat presentasi berlangsung, dapat mengganggu jalannya presentasi dan dapat membuyarkan konsentrasi si presentator 6. Jangan lupa berikan kalimat tanya. Beberapa orang jamn sekarang, hanya bertanya menggunakan kalimat berita, bahkan dengan kalimat perintah. Kalimat tanya digunakan agar pertanyaan kita tersampaikan dengan jelas. Juga menjadikan pertanyaan kita lebih berbobot untuk dijawab. Itulah sekilas catatan saya tentang adab kita dalam bertanya. Catatan ini saya dapatkan berdasarkan pengalaman pribadi serta pengamatan saya terhadap orang-orang yang bertanya. Semoga bermanfaat. Artinya Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu (justru) menyusahkan kamu. Jika kamu menanyakan ketika Al-Quran sedang diturunkan, (niscaya) akan diterangkan kepadamu. Allah telah memaafkan (kamu) tentang hal itu. Dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyantun.
Adab Berbicara 1. Semua pembicaraan harus kebaikan, QS 4/114, dan QS 23/3, dalam hadits nabi SAW disebutkan “Barangsiapa yang beriman pada Allah Subhanahu Wata’ala dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam.” HR Bukhari Muslim 2. Berbicara harus jelas dan benar, sebagaimana dalam hadits Aisyah ra “Bahwasanya perkataan Rasulullah Saw itu selalu jelas sehingga bisa difahami oleh semua yang mendengar.” HR Abu Daud 3. Seimbang dan menjauhi berlarut-larutan, berdasarkan sabda nabi shallallahu alaihi wasallam “Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku nanti di hari Kiamat ialah orang yang banyak bercakap dan berlagak dalam berbicara.” Maka dikatakan Wahai Rasulullah kami telah mengetahui arti ats-tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa makna al-mutafayhiqun? Maka jawab nabi shallallahu alaihi wasallam “Orang-orang yang sombong.” HR Tirmidzi dan dihasankannya 4. Menghindari banyak berbicara, karena khuatir membosankan yang mendengar, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Wa’il Adalah Ibnu Mas’ud ra senantiasa mengajari kami setiap hari Kamis, maka berkata seorang lelaki Wahai abu Abdurrahman gelar Ibnu Mas’ud! Seandainya anda mau mengajari kami setiap hari? Maka jawab Ibnu Mas’ud Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku memenuhi keinginanmu, hanya aku kuatir membosankan kalian, karena akupun pernah meminta yang demikian pada nabi shallallahu alaihi wasallam dan beliau menjawab kuatir membosankan kami HR Muttafaq alaih 5. Mengulangi kata-kata yang penting jika dibutuhkan, dari Anas ra bahwa adalah nabi SAW jika berbicara maka beliau shallallahu alaihi wasallam mengulanginya 3 kali sehingga semua yang mendengarkannya menjadi faham, dan apabila beliau shallallahu alaihi wasallam mendatangi rumah seseorang maka beliau shallallahu alaihi wasallam pun mengucapkan salam 3 kali. HR Bukhari 6. Menghindari mengucapkan yang bathil, berdasarkan hadits nabi shallallahu alaihi wasallam “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diridhai Allah Subhanahu Wata’ala yang ia tidak mengira yang akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh Allah Subhanahu Wata’ala keridhoan-Nya bagi orang tersebut sampai nanti hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai Allah Subhanahu Wata’ala yang tidak dikiranya akan demikian, maka Allah Subhanahu Wata’ala mencatatnya yang demikian itu sampai hari Kiamat.” HR Tirmidzi dan ia berkata hadits hasan shahih; juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah 7. Menjauhi perdebatan sengit, berdasarkan hadits nabi shallallahu alaihi wasallam “Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapatkan hidayah untuk mereka, melainkan karena terlalu banyak berdebat.” HR Ahmad dan Tirmidzi Dan dalam hadits lain disebutkan sabda nabi shallallahu alaihi wasallam “Aku jamin rumah didasar surga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah ditengah surga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di puncak surga bagi yang baik akhlaqnya.” HR Abu Daud 8. Menjauhi kata-kata keji, mencela, melaknat, berdasarkan hadits nabi shallallahu alaihi wasallam “Bukanlah seorang mu’min jika suka mencela, mela’nat dan berkata-kata keji.” HR Tirmidzi dengan sanad shahih 9. Menghindari banyak canda, berdasarkan hadits nabi shallallahu alaihi wasallam “Sesungguhnya seburuk-buruk orang disisi Allah Subhanahu Wata’ala di hari Kiamat kelak ialah orang yang suka membuat manusia tertawa.” HR Bukhari 10. Menghindari menceritakan aib orang dan saling memanggil dengan gelar yang buruk, berdasarkan QS 49/11, juga dalam hadits nabi shallallahu alaihi wasallam “Jika seorang menceritakan suatu hal padamu lalu ia pergi, maka ceritanya itu menjadi amanah bagimu untuk menjaganya.” HR Abu Daud dan Tirmidzi dan ia menghasankannya 11. Menghindari dusta, berdasarkan hadits nabi shallallahu alaihi wasallam “Tanda-tanda munafik itu ada 3, jika ia bicara berdusta, jika ia berjanji mengingkari dan jika diberi amanah ia khianat.” HR Bukhari 12. Menghindari ghibah dan mengadu domba, berdasarkan hadits nabi shallallahu alaihi wasallam “Janganlah kalian saling mendengki, dan janganlah kalian saling membenci, dan janganlah kalian saling berkata-kata keji, dan janganlah kalian saling menghindari, dan janganlah kalian saling meng-ghibbah satu dengan yang lain, dan jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.” HR Muttafaq alaih 13. Berhati-hati dan adil dalam memuji, berdasarkan hadits nabi shallallahu alaihi wasallam, dari Abdurrahman bin abi Bakrah dari bapaknya berkata Ada seorang yang memuji orang lain di depan orang tersebut, maka kata nabi “Celaka kamu, kamu telah mencelakakan saudaramu! Kamu telah mencelakakan saudaramu!” 2 kali, lalu kata beliau “Jika ada seseorang ingin memuji orang lain di depannya maka katakanlah Cukuplah si fulan, semoga Allah mencukupkannya, kami tidak mensucikan seorangpun disisi Allah, lalu barulah katakan sesuai kenyataannya.” HR Muttafaq alaih dan ini adalah lafzh Muslim Dan dari Mujahid dari Abu Ma’mar berkata Berdiri seseorang memuji seorang pejabat di depan Miqdad bin Aswad secara berlebih-lebihan, maka Miqdad mengambil pasir dan menaburkannya di wajah orang itu, lalu berkata Nabi shallallahu alaihi wasallam memerintahkan kami untuk menaburkan pasir di wajah orang yang gemar memuji. HR Muslim BACA JUGA Bicara Lebih Mudah daripada Bekerja Adab Mendengar 1. Diam dan memperhatikan QS 50/37 2. Tidak memotong/memutus pembicaraan 3. Menghadapkan wajah pada pembicara dan tidak memalingkan wajah darinya sepanjang sesuai dengan syariat bukan berbicara dengan lawan jenis 4. Tidak menyela pembicaraan saudaranya walaupun ia sudah tahu, sepanjang bukan perkataan dosa. 5. Tidak merasa dalam hatinya bahwa ia lebih tahu dari yang berbicara Adab Menolak / Tidak Setuju 1. Ikhlas dan menghindari sifat senang menjadi pusat perhatian 2. Menjauhi ingin tersohor dan terkenal 3. Penolakan harus tetap menghormati dan lembut serta tidak meninggikan suara 4. Penolakan harus penuh dengan dalil dan taujih 5. Menghindari terjadinya perdebatan sengit 6. Hendaknya dimulai dengan menyampaikan sisi benarnya lebih dulu sebelum mengomentari yang salah 7. Penolakan tidak bertentangan dengan syariat 8. Hal yang dibicarakan hendaknya merupakan hal yang penting dan dapat dilaksanakan dan bukan sesuatu yang belum terjadi 9. Ketika menolak hendaknya dengan memperhatikan tingkat ilmu lawan bicara, tidak berbicara di luar kemampuan lawan bicara yang dikuatirkan menjadi fitnah bagi diri dan agamanya 10. Saat menolak hendaknya menjaga hati dalam keadaan bersih, dan menghindari kebencian serta penyakit hati. Wamaa taufiiqi illaa billaah, alaihi tawakkaltu wa ilaihi uniib. [al-ikhwan]
7lA1Xn. 229 124 257 54 164 238 460 236 161

adab bertanya dan menjawab